TEBO – Rasa kecewa kian memuncak di kalangan petani mitra PT. Tebo Indah. Mereka menilai perusahaan sawit itu semakin tidak bertanggung jawab dalam mengelola lahan kemitraan. Faktanya, perawatan kebun hanya dilakukan sebatas 100 meter dari tepi jalan, sementara area selebihnya dibiarkan semak belukar.
Kondisi tersebut membuat produktivitas kebun terus merosot. Petani yang seharusnya memperoleh hasil panen optimal justru harus menanggung kerugian akibat lahan yang terbengkalai. “Yang dibersihkan hanya yang kelihatan dari jalan, sisanya hutan semak. Kami jelas dirugikan,” ungkap Muhammad Husin, Minggu (31/8/2025).
Situasi ini disebut semakin parah setelah perusahaan diambil alih oleh Petrus. Menurut petani, sejak pergantian manajemen, perawatan kebun nyaris tidak pernah dilakukan lagi. Alih-alih ada perbaikan, kebun makin tidak terurus dan jauh dari harapan awal ketika mereka bermitra.
“Kalau memang perusahaan sudah tidak sanggup mengelola, lebih baik kembalikan saja lahan itu ke petani. Jangan dibiarkan terbengkalai dan hanya jadi sumber masalah,” tegas Muhammad Husin dengan nada kesal.
Petani Koperasi Tujuan Murni mendesak agar pemerintah daerah dan DPRD Kabupaten Tebo turun tangan melakukan evaluasi serius. Mereka menilai perusahaan telah gagal menjalankan kewajiban dalam pola kemitraan, sehingga harus ada langkah tegas untuk melindungi hak-hak petani.
Selain masalah perawatan, petani juga menyoroti soal pembagian hasil yang dianggap tidak adil. Dengan kondisi kebun yang tidak produktif, keuntungan yang seharusnya mereka terima semakin mengecil. Hal ini tentu menambah penderitaan di tengah kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat.