Sorot, Tebo  

Petani Geram, PT. Tebo Indah Dinilai Abai: “Kalau Tak Sanggup, Balikkan ke Petani!”

Avatar
Muhammad Husin salah satu anggota Koperasi Tujuan Murni. (INJ/Andrey)

TEBO – Rasa kecewa kian memuncak di kalangan petani mitra PT. Tebo Indah. Mereka menilai perusahaan sawit itu semakin tidak bertanggung jawab dalam mengelola lahan kemitraan. Faktanya, perawatan kebun hanya dilakukan sebatas 100 meter dari tepi jalan, sementara area selebihnya dibiarkan semak belukar.

Kondisi tersebut membuat produktivitas kebun terus merosot. Petani yang seharusnya memperoleh hasil panen optimal justru harus menanggung kerugian akibat lahan yang terbengkalai. “Yang dibersihkan hanya yang kelihatan dari jalan, sisanya hutan semak. Kami jelas dirugikan,” ungkap Muhammad Husin, Minggu (31/8/2025).

Baca Juga :  Warga Merangin Pertanyakan Kinerja, Ini Kisruh Kepemimpinan Ferdi Anshori Jabat BKPSDM

Situasi ini disebut semakin parah setelah perusahaan diambil alih oleh Petrus. Menurut petani, sejak pergantian manajemen, perawatan kebun nyaris tidak pernah dilakukan lagi. Alih-alih ada perbaikan, kebun makin tidak terurus dan jauh dari harapan awal ketika mereka bermitra.

Baca Juga :  Kerajinan Anyaman Lidih Sawit Bakal Meramaikan Pameran Seni Rupa Presisi Jilid II Di Rumah Seni Budaya Presisi Tebo

“Kalau memang perusahaan sudah tidak sanggup mengelola, lebih baik kembalikan saja lahan itu ke petani. Jangan dibiarkan terbengkalai dan hanya jadi sumber masalah,” tegas Muhammad Husin dengan nada kesal.

Petani Koperasi Tujuan Murni mendesak agar pemerintah daerah dan DPRD Kabupaten Tebo turun tangan melakukan evaluasi serius. Mereka menilai perusahaan telah gagal menjalankan kewajiban dalam pola kemitraan, sehingga harus ada langkah tegas untuk melindungi hak-hak petani.

Baca Juga :  Mukti Sa’id, SE, ME, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jambi ditunjuk Jadi Pj Bupati Merangin

Selain masalah perawatan, petani juga menyoroti soal pembagian hasil yang dianggap tidak adil. Dengan kondisi kebun yang tidak produktif, keuntungan yang seharusnya mereka terima semakin mengecil. Hal ini tentu menambah penderitaan di tengah kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat.