OPINI  

Car Free Day di Kota Muara Tebo: Momentum Membangun Budaya Kota yang Sehat

Avatar
Rizki Hariandi, M.Kom Dosen Institut Agama Islam Tebo. (INJ/Ist)

Di titik inilah kita harus menegaskan, CFD seharusnya dimaknai sebagai gerakan menuju kota berkelanjutan. Bukan hanya ruang olahraga mingguan, melainkan sarana pendidikan ekologis: mengurangi polusi udara, mengajak warga beralih ke transportasi ramah lingkungan, sekaligus mengajarkan kesadaran pengelolaan sampah.

Baca Juga :  **Romi Hariyanto, Sang Nahkoda Tegar di Tengah Badai Politik Jambi**

Muara Tebo punya peluang besar menjadikan CFD sebagai ikon kota. Bukan sekadar “hari tanpa kendaraan”, tetapi simbol transformasi menuju kota yang lebih sehat, ramah lingkungan, dan berdaya secara sosial-ekonomi. CFD dapat menjadi wajah baru kota yang membanggakan, identitas kolektif yang memadukan gaya hidup sehat dengan penghargaan terhadap budaya lokal.

Baca Juga :  PENYELEWENGAN DANA DESA: MODUS, DAMPAK, DAN PENGAWASAN

Kini tinggal soal kemauan dan konsistensi. Sinergi pemerintah daerah, komunitas, pelaku usaha, dan masyarakat adalah kunci agar CFD benar-benar menghadirkan manfaat berkelanjutan. Jika dikelola dengan serius, CFD bukan hanya akan meneguhkan identitas Muara Tebo sebagai kota yang berkembang, tetapi juga kota yang peduli pada manusia dan lingkungannya.***

Baca Juga :  Heboh! 53 Motor Diamankan Polres Tebo, Mayoritas Tak Miliki Surat Resmi

 

Penulis adalah Dosen Di Kampus IAI Tebo